Rabu, 27 Oktober 2010

Interaksi dan Institusi sosial

I.             Pendahuluan
Kenyataan hidup bermasyarakat menimbulkan keheranan yang besar. Bagaimana terbentuk interaksi serta adat. Pola kelakuan tertentu dan nilai-nilai sosial sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tersebut. Sosiologi memegang peran penting dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial. Dewasa ini, para sosiolog memperhatikan kedua segi dinamis atau fungsinya masyarakat. Terdapat aspek-aspek struktural dan prosesual. Memang tidak dapat disangkal bahwa masyarakat mempunyai bentuk-bentuk strukturalnya seperti : kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, institusi, kekuasaan dan sebagainya. Namun dalam pembahasan makalah ini, kami akan membahas mengenai interaksi dan institusi sosial.
II.          Rumusan Masalah
Untuk memfokuskan dalam pembahasan, kami membatasi rumusan masalah sebagai berikut :
A.    Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial ?
B.     Apa yang dimaksud dengan institusi sosial ?
III.       Pembahasan
A.    Interaksi Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial ) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorang, antara kelompok manusia, maupun antara kelompok manusia dan orang perorang dengan kelompok manusia.[1] Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.[2] Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itulah baru akan terjadi apabila orang perorangan atau kelompok manusia saling bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya, serta untuk mencapai tujuan, mereka pun mengadakan persaingan, pertikaian, dan sebagainya. Maka dapat diartikan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang telah merujuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain yaitu :
1.      Faktor Imitasi
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Segi positifnya imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, dalam segi negatifnya imitasi dari tindakan yang menyimpang dapat melemahkan bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.
2.      Faktor Sugesti
Berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
3.      Faktor Identifikasi
Kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Sifatnya lebih mendalam dari imitasi, karena kepribadian seseorang dapat berbentuk atas dasar proses ini.
4.      Faktor Simpati
Suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun didalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut.[3]
Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial :
1.      Kontak Sosial : Berlangsung dalam 3 bentuk yaitu antar individu, individu dengan kelompok serta antar kelompok. Kontak sosial juga dapat berlangsung secara langsung maupun tidak langsung.
2.      Komunikasi       :   Seseorang memberi arti kepada orang lain, perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Dalam interaksi sosial mempunyai proses-proses pokok yaitu sebagai berikut :[4]
1.      Proses Asosiatif
a.       Kerjasama (coopertion)
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat persamaan mempunyai cukup pengendalian dan pengetahuan terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.
b.      Akomodasi (Accomodation)
Menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorang atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjukkan pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kesetabilan.
2.      Proses Dis-asosiatif
a.       Persaingan (competition)
Suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b.      Kontravensi (contravention)
Kontravensi hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kotravensi ditandai oleh gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang.
B.     Institusi Sosial
Institusi berasal dari kata latin instituo, atinya “mendirikan”. Institusi sosial dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk organisasi yang secara tetap tersusun dari pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi-relasi sebagai cara yang mengikat guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.
Keuntungan dan kerugian institusi sosial[5]
a.       Keuntungan
       Dalam suatu institusi cara bertingkah laku tiap-tiap orang sangat dipermudah oleh institusi itu, karena cara bertindak dan cara berfikir yang telah diterima umum, sudah tersedia baginya dalam institusi yang bersangkutan.
       Setiap institusi sosial menyediakan peranan-peranan sosial yang sesuai dengan sifat institusi itu.
       Setiap institusi merupakan suatu badan pembina, suatu cabang sosio-budaya, yang terjamin stabilitas dan kelangsungannya, sehingga menimbulkan rasa tentram dan aman.
       Institusi sosial pada umumnya berfungsi sebagai lembaga pengawas atas keselarasan hidup banyak orang dimasyarakat
b.      Kerugian
Ø      Institusi sosial sering menghambat kemajuan masyarakat. Hal ini terjadi kalau keadaan zaman berubah, dan masyarakat luas merasa perlu mengadakan perubahan dalam cara berfikir dan bertindak, sesuai dengan irama zaman, meninggalkan cara kerja yang sudah usang, membuang peraturan-peraturan yang sudah ketinggalan zaman.
Ø      Institusi sosial dapat menghimpit orang-orang dalam. Keadaan ini terjadi apabila peraturan-peraturan yang tidak sesuai lagi dengan zaman masih tetap diberlakukan atau jika praktek-praktek yang melawan keadilan masuk dalam institusi dan dibiarkan berjalan terus oleh pimpinan.
Jenis-jenis Institusi sosial
v     Institusi induk (dasar) ditandai dengan banyaknya anggota masyarakat yang memasuki karana menganggapnya sangat penting bagi individu maupun bagi masyarakat. Misalnya : institusi pendidikan, institusi ekonomi, institusi politik dan lain sebagainya.
v     Institusi pembantu yang disebut juga institusi sekunder, tidak memiliki sifat-sifat diatas. Institusi ini didirikan untuk melengkapi institusi induk, dan  lazim diklasifikasikan dibawah salah satu institusi induk. Misalnya : kumpulan para ibu-ibu, kumpulan muda-mudi, kumpulan simpan-pinjam dan lain sebagainya.


Hubungan Antar Institusi Sosial
Hasil pengamatan mengenai hubungan antar institusi sosial yang ada menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun institusi yang hidup sendiri. Setiap institusi mempengaruhi institusi yang lain dan dipengaruhi oleh institusi yang lain. Keseluruhan jaringan hubungan antara institusi induk dengan institusi pembantu tampak jelas dalam arus komunikasi peranan sosial yang satu dengan yang lain, yang dilakukan oleh pribadi dengan pribadi dan oleh kelompok dengan kelompok. Begitu pula relasi dan komunikasi antara institusi induk yang satu dengan institusi induk yang lain. Maka dari sudut pandangan diatas dapat dikatakan bahwa masyarakat manusia, dalam lingkup sempit atau luas, berada dan hidup berkat berlangsungnya hubungan antar institusi-institusi sosial.
Sebagai contoh, ambillah masyarakat India. Di negara tersebut institusi keagamaan dipandang sebagai poros kehidupan sosial. Keberhasilan institusi lain di negara itu tergantung dari tingkat ketaatan masyarakat terhadap kaidah-kaidah agama hindu dan budha. Begitu pula di Iran, agama menjadi kekuatan penggerak utama bagi kegiatan-kegiatan lain, termasuk revolusi politik. Di Italia, Institusi politik dipandang sebagai jantung yang menghidupi kegiatan institusi lain. Sedangkan masyarakat Amerika sering disebut-sebut sebagai masyarakat bisnis dimana institusi ekonomi memainkan peranan kunci dan sangat mempengaruhi institusi dasar yang lain, seperti keluarga, politik, pendidikan.
Kaitan dan jalinan antar institusi dasar dalam masyarakat, beserta institusi-institusi pembantunya memberikan kehidupan dan warna tersendiri kepada masyarakat yang bersangkutan. Itu semua dapat disebut sebagai kebudayaan dari masyarakat tersebut. Sistem-sistem institusi bekerja dalam masyarakat dan untuk masyarakat. Sebaliknya benar juga kalau dikatakan bahwa masyarakat bekerja untuk kehidupan dan berfungsinya institusi yang mereka miliki. Banyak pikiran, tenaga dan waktu yang diberikan oleh masyarakat dapat dipakai sebagai kriteria untuk mengetahui institusi mana yang mereka anggap penting atau kurang penting dalam sistem kebudayaan itu. Disamping itu kita dapat memakai ukuran lain untuk menentukan hal yang sama yaitu dengan melihat ketatnya pengawasan dan berat-ringannya sanksi yang dikenakan pada institusi-institusi yang ada.
IV.        Kesimpulan
 Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial :
       Kontak Sosial : Berlangsung dalam 3 bentuk yaitu antar individu, individu dengan kelompok serta antar kelompok. Kontak sosial juga dapat berlangsung secara langsung maupun tidak langsung.
       Komunikasi       :   Seseorang memberi arti kepada orang lain, perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Institusi sosial merupakan suatu bentuk organisasi yang secara tetap tersusun dari pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi-relasi sebagai cara yang mengikat guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Tidak ada satu pun institusi yang hidup sendiri, setiap institusi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh institusi yang lain
V.          Penutup
Demikianlah penjelasan dari makalah saya, apabila banyak kekurangan baik dalam segi penulisan mengenai makalah baik itu sedikit maupun banyak, saya minta maaf sebesar-besarnya karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada umumnya.




VI.       Referensi
v     ………….., Sosiologi sistematik, Yogyakarta, Kanisius, 1989
v     Gillin dan Gillin, Cultural sociology, a revision of an introduction to sociology, New york, The Macmillan Company, 1954
v     Kimball Young dan Raymond, W. Mack, Sociology and social life, New york, American Book Company, 1959
v     Soerjono Soekanto, Faktor-faktor dasar interaksi sosial dan kepatuhan terhadap hukum, Hukum Nasional, nomer 25, 1974
v     Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007








[1] Gillin dan Gillin, Cultural sociology, a revision of an introduction to sociology, New york, The Macmillan Company, 1954, hal 489
[2] Kimball Young dan Raymond, W. Mack, Sociology and social life, New york, American Book Company, 1959, hal 137
[3] Soerjono Soekanto, Faktor-faktor dasar interaksi sosial dan kepatuhan terhadap hukum, Hukum Nasional, nomer 25, 1974
[4] Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal 65
[5] ………….., Sosiologi sistematik, Yogyakarta, Kanisius, 1989, Hal 64-66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar